Sabtu, 14 April 2012

GITAR TUNGGAL: Warna Batanghari Sembilan

GITAR TUNGGAL: Warna Batanghari Sembilan


Sahilin: Umak-umak belikan sagu /Aku kepingin makan pempek /Umak-umak carikan aku /Aku ni lah malas tiduk dewek. Siti Rahmah: Lemak pule makan pempek /Ambek sagu buat tekwan /Daripade tiduk dewek /Lemak sekali lah meluk bantal. (Pantun yang ditembangkan Sahilin dan Siti Rahmah, di suatu tempat pada suatu waktu, dalam gitar tunggal batanghari sembilan).

Setiap kebudayaan di dunia, memiliki dua pilar utama, yaitu bahasa dan musik mereka sendiri. Dalam kebanyakan budaya, baik bahasa maupun musik dipakai untuk berkomunikasi. Bahasa memakai kata-kata sebagai media untuk membagikan pemikiran dan ide, sedangkan musik mengawinkan kombinasi kata (biasanya dalam bentuk syair) dan komponen ritmis melodis untuk berkomunikasi. Seperti bahasa, musik dapat mengomunikasikan pemikiran dan ide. Bahkan kadangkala musik dapat dipakai untuk strata komunikasi yang lebih mendalam yang mengungkapkan hal-hal yang tak dapat dikatakan secara langsung. Jangan heran ketika mendengarkan suatu lagu atau komposisi musik secara ekpresif, seseorang penggemar berat musik bisa trance bahkan orgasme emosional. Musik, melalui perkawinan syair, puisi, dan, bunyi, akan menyampaikan ungkapan-ungkapan dalam kehidupan sehari-hari, baik kepedihan (elegi) maupun kelakar-kelakar (joke) yang menghibur seperti kopelan pantun Sahilin dan Siti Rahmah dalam genre batanghari sembilan di atas.

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang (taste). Definisi tentang musik juga bermacam-macam, ada yang berpendapat, musik adalah bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai komposisi musik. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif, dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

Ada yang berpendapat, makna musikal tidak dapat menyeberang lintas budaya. Alasannya, kita harus berbicara dengan menggunakan bahasa musik dari budaya setempat. Jelas penulis tidak setuju dengan pendapat ini, musik adalah media komunikasi yang digetarkan melalui melalui sentuhan melodi taste seseorang, ia akan mengalir, mengisi labirin emosi pendengar, pun tanpa mengerti liriknya, seseorang akan langsung connect dengan suatu aliran musik atau irama lagu yang ia senangi. 

Sebagai contoh, kita akan apresiatif (entah kalau orang tak menyenangi musik), walaupun tidak mengerti syair suatu lagu, misal lagu Kebile-bile (lagu Sumsel), Bubuy Bulan (lagu Sunda), atau I Feel Good-nya (lagu Inggris) James Brown yang sudah familiar di telinga masyarakat. Musik menyentuh sampai kedalaman jiwa manusia, ia akan larut dan menyetubuhi emosi seseorang. Apalagi ketika di rantau, lagu batanghari sembilan berkumandang, home sweet home.

Dari Rejung ke Gitar Tunggal
INDONESIA adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang konon terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan multietnik tersebut lahir, tumbuh, dan berkembang kesenian yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Kesenian di Indonesia ini merupakan hasil local genius budaya yang sudah berusia cukup lama, bahkan ada yang berusia ratusan tahun. Di antara kesenian itu adalah seni musik Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, suara (sound), penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. 

Selain lagu daerah, hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisi, seperti tarling, campur sari, jaipongan, degung, gambang kromong, langgam jawa (dikenal sebagai bentuk musik campur sari). Ada yang telah punah namun masih ada yang bertahan walaupun dengan nafas ngos-ngosan diterjang badai berbagai aliran musik modern mulai dari pop hingga rock 'n' roll yang memang cepat akrab di telinga, terutama, kalangan muda. Salah satu kekayaan lagu dan musik yang tumbuh di Sumatra Selatan (Sumsel) adalah batanghari sembilan.

Konsep atau istilah Batanghari Sembilan, mengacu ke wilayah, adalah sebutan lain dari kawasan Sumatra Bagian Selatan (Sumsel, Jambi Lampung, Bengkulu minus pulau Bangka) yang memiliki sembilan sungai (batanghari) bermuara ke sungai Musi. Batanghari dalam beberapa bahasa lokal di Sumsel, misalnya saja bahasa Rambang (Prabumulih) berarti sungai., bersinonim dengan kali (Jawa) atau river (Inggris). Pada perkembangan selanjutnya, batanghari sembilan juga bermakna budaya, yaitu budaya batanghari sembilan, di antaranya adalah musik dan lagu batanghari sembilan (selanjutnya batanghari sembilan). Secara garis besar musik dan lagu batanghari sembilan adalah salah satu genre seni musik atau lagu daerah yang berkembang di Sumatra Selatan layaknya di daerah lain Indonesia.

Tak ada catatan khusus tentang sejak kapan mainstrem batanghari sembilan mulai ada, juga tak ada nama khusus terkait seni musik wong Sumsel ini. Masyarakat Sumsel cuma mengenalnya dengan berbagai sebutan; lagu batanghari sembilan, musik batanghari sembilan, irama batanghari sembilan, rejung (Besemah), dan ada yang mengidentikannya dengan gitar tunggal. Belakangan, karena jenis kesenian ini ada di hampir seluruh wilayah Sumsel, yang dikenal sebagai daerah Batanghari Sembilan, lekat pula nama “Batanghari Sembilan” pada jenis kesenian ini. Menurut Sahilin, pemetik gitar tunggal profesional Sumsel, istilah ini mulai dikenalkan oleh Djakfar Marik dari dusun Jambabale, Pagaralam. 

Musik dan lagu batanghari sembilan diperkirakan berakar dari rejung (pantun/sastra tutur di Besemah, salah satu wilayah Batanghari Sembilan). Pada mulanya, rejung tak menggunakan instrumen musik tradisional sebagai alat pengiring bunyi, ia hanya dituturkan dengan irama yang khas. Baju kurung kancing tige /Ditunde ngambang ke Selangis /Kalu urung ancaman kite /Alangkah panjang karang tangis /Kalu ade berenay damping /Tegak ambangan Mareduwe /Kalu ade sungay nak nyumping /Suke selangis pancar duwe adalah contoh pantun rejung yang sangat populer kala itu.

Perkembangan selanjutnya, rejung mulai diharmonisasikan dengan alat bunyi perkusi sederhana, terbuat dari bambu (getuk, getak-getung), kulit binatang (redap) dan terbuat dari besi (gung, kenung). “Instrumen” rejung ini bertambah lagi dengan alat bunyi tiup yang terbuat dari bambu (seredam), besi (ginggung) bahkan ada yang terbuat dari daun (carak). Alat musik modern; gitar, akordion, terompet, biola, mulai dikenal menjadi alat pengiring musik dalam batanghari sembilan diperkirakan sejak bangsa Barat masuk ke Sumsel. 

Sejak memakai alat musik modern, alat musik tradisional mulai ditinggalkan, hanyaginggung (ginggong) masih terlihat. Pasca 1945, sesuai dengan dinamika perkembangannya, genre musik batanghari sembilan membelah lagi menjadi beberapa sub-genre, pengkategorian musik seperti terkadang merupakan hal yang subjektif, di antaranya rejung (makna lain adalah sastra tutur), tige serangkay (tiga serangkai), antan delapan (contoh lagu; Antan Delapan, Eray-eray, Ribu-ribu, Kumpay Beranyut, Nasib Malang), gitar tunggal (akustik). Awalnya tige serangkay dan antan delapan adalah judul pantun dalam rejungAmuntaukah ayik karawang /Ay, ngape nak nyabun aduhay sayang, sane seberang sane /Amuntaukah nasib kah malang /Ay, ngape nak tughun aduhay, sayang deniye dalam lah deniye /Amun mbak ini rupe mandian /Ay, ngape dik mandi aduhay, sayang kayik jalan kayik /Amun mbak ni rupe bagian /Ay, ngape di mati aduhay, sayang kecik badan lah kecikadalah syair tiga serangkai. Dalam perkembangannya, nada, ritme, melodi, dan harmoni dalam kedua lagu itu menjadi menjadi lagu-lagu dengan judul lain. Bagaimana dengan gitar tunggal?

Gitar Tunggal dan Fenomena Sahilin
BUDAYAWAN Ahmad Bastari Suan berujar, istilah gitar tunggal dalam konteks batanghari sembilan relatif baru, diperkirakan muncul sekitar tahun 1950-an. Sebelum muncul istilah ini, dikenal dengan “Petikan Dawi”. Dawi adalah nama pemetik gitar tunggal yang berasal dari daerah Besemah. Penyebutan gitar tunggal karena biasanya diiringi satu alat petik (gitar akustik), tidak ada alat musik lain, sebutan gitar tunggal pun kemudian juga dilekatkan. Pengertian gitar tunggal dalam batanghari sembilan berbeda dengan pakar gitar tunggal Jubing Kristianto atau Iwan Tanzil di Jakarta. Bagi mereka, gitar sebagai alat bunyi tunggal dalam bermusik. Sedangkan pengertian gitar tunggal dalam mainstream batanghari sembilan, selain sebagai alat musik, adalah juga warna musik atau sub-genrenya. Yok, kita gitar tunggalan atau berejung. Maksudnya, mari kita mainkan lagu-lagu, yang syairnya dari berbagai bahasa atau sub-bahasa etnik di Sumsel, diiringi teknik petikan gitar tunggal khas batanghari sembilan. Fenomena saat ini, gitar tunggal identik dengan musik batanghari sembilan itu sendiri. 
Era keemasan gitar tunggal diperkirakan sekitar tahun 1960 dan 1970-an sezaman dengan era keemasan musik rock di Barat sono. “Flower generation” gitar tunggal juga bermunculan. Kala itu, masyarakat biasa menikmati petikan gitar tungal pada malam hari setelah lelah kerja seharian. Sebelum tahun 70-an, di Tanah Besemah, salah satu cara bujangan (pemuda) untuk pedakate terhadap seorang pujaannya (tentu saja perempuan), melalui gitar yang dipetik sambil melantunkan bait-bait pantun. Kegiatan ini, biasanya, dilakukan malam hari. Suara petikan gitar yang khas ini menjadi media untuk memanggil sang pujaan (gadis) bahwa ia datang untuk beghare (silaturahmi seorang atau beberapa bujang dengan seorang gadis untuk pendekatan hati). Pantunnya, di antaranya, berbunyi: Dudol ancaw dikecap kuday/ beghase anjam ngulang pule/ datang ke sini andun ninday/ amu boleh aku beghusik malam kele. Perpaduan bait pantun yang dilagukan dengan sound petikan gitar tunggal yang khas itulah dinamakan rejung.

Musik dan lagu batanghari sembilan melalui petikan gitar tunggal pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan, dan kecintaan akan kampung halaman. Dan sesuai dengan pengaruh riak aliran batanghari sembilan, musik ini memiliki irama yang meliuk-liuk dengan lirik berupa pantun bersahut yang panjang dan bersambungan, mirip panjangnya aliran sungai. Saat ini lagu batanghari sembilan bukan hanya untuk bersenandung melepas kepenatan hidup atau untuk merayu sang gadis pujaan, tapi juga sebagai suatu profesi dan seni pertunjukan. Pertunjukan musik batanghari sembilan, kadangkala menampilkan satu-dua penyanyi yang melantunkan pantun bersahut, dengan iringan petikan gitar tunggal. 

Saat ini, seniman yang pernah dan masih setia menekuni seni ini bisa dihitung dengan jari, di antaranya Wayah, Isran, Rasnawati, Buchori, Discik, Syafrin, Emilia, Asnadewi, Rusli Effendi, Armin, Arman Idris, Jefri, Paul, Sahilin. Sahilin tetaplah maskot dan paling populer di jalur ini. Sakingnya banyaknya “show”, undangan presiden SBY pun pernah tak dapat dihadiri oleh Sahilin, karena jadwal bentrok. Walaupun bukan artis Jakarta, ternyata seorang Sahilin tetap profesional dan komit.

Pentatonis 
Secara teoritis, teknik memetik gitar tunggal batanghari sembilan umumnya pentatonis (bertangga nada lima, bandingkan dengan musik produk Barat yang umumnya diatonis; bertangga nada tujuh). Petikannya dominan memanfaatkan melodi bas (senar 4, 5, dan 6). Setiap ganti lagu, acapkali, pemusik nyetem(menyetel) gitarnya sehingga menghasilkan irama yang berbeda. Dari delapan nada dasar pada gitar, kerap hanya mengandalkan lima nada. Nada-nada itu dipadukan secara pentatonis, mirip gamelan atau ketukan perkusi yang ritmis dan agak monoton, baik melodi maupu harmoni.

Adalah Hanafi dari Jurusan Karawitan, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang, Sumatra Barat yang mengamati lagu-lagu batanghari sembilan yang dibawakan Sahilin, menjelaskan permainan gitar Sahilin memang unik. Pada lagu Nasib Muara Kuang, misalnya, ia bermain pada metrum (satuan irama yang ditentukan oleh jumlah dan tekanan suku kata dalam setiap baris puisi) yang berbeda-beda. Metrum awal mempunyai hitungan 4, pada bagian-bagian tertentu ia memainkan gitar pada hitungan 6 dan 10. Bahkan, ada yang muncul pada hitungan ganjil, seperti hitungan 5. Menurut Hanafi, yang sempat survei bersama Philip Yampolsky dari Ford Foundation, dalam lagu-lagunya, Sahilin tak mau terikat dengan pola-pola birama konvensional. Sahilin bermain dengan mengikuti frase-frase melodi yang pada dasarnya memiliki metrum berbeda walaupun pada bagian awal dinyatakan dengan hitungan 4 atau metrum empat per empat (4/4).

Menjaga Pesake Puyang 
GENERASI seniman batanghari sembilan, terutama gitar tunggal, kian hari kian sedikit, katanya disebabkan tak mulusnya regenerasi musik dan lagu batanghari sembilan. Saat ini pelestari dan penjaga musik ini umumnya kaum tua, sedangkan kaum muda memposisikan batanghari sembilan sebagai musik yang sudah ketinggalan zaman dan susah di-download secara emosional maupun teknik. Minat mempelajari batanghari sembilan dari kalangan muda juga rendah. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya pemusik yang menekuni musik dan lagu ini. Masyarakat di Sumsel belum banyak tahu tentang kekuatan dan kelebihan musik batanghari sembilan. Mereka belum punya suatu gambaran utuh tentang musik dan lagu ini. Walaupun, umumnya, mereka pernah mendengar alunan petikan gitar tunggal. Karena itu, dibutuhkan suatu pemahaman musik batanghari sembilan melalui fonografi, misalnya. Pada saat sekarang, perkembangan musik batanghari sembilan, sedikit sekali dipahami, tergilas oleh musik modern. Kalau batanghari sembilan itu kian tidak diminati, dikuatirkan kita terlambat untuk memahami salah satu pesake (warisan) puyang.

Nampaknya, selain pakem batanghari sembilan tetap hidup, pengembangan musik dan lagu ini perlu mengarah kepada penyesuaian dan keperluan apresiasi masyarakat masa kini yang lebih dinamis dan perilaku yang serba cepat, maka tidak salah ada pertimbangan pengembangan musik batanghari sembilan mengarah pula kepada penempatan dinamika musikal sebagai dasar disain dramatik penggarapan musik itu sendiri. Menggarap konsep pengembangan musik daerah yang disesuaikan dengan keperluan sentuhan seni pertunjukan, berarti perlu proses kreatif seniman musik mengembangkan dan membuka peluang terhadap batanghari sembilan yang punya pola melodi ataupun ritme melankolis ini agar dapat mengisi bagian-bagian dalam komposisi warna musik baru yang lebih dinamis dan tidak meninggalkan roh dan kekuatan warna batanghari sembilan. Salah satu, grup musik di Sumsel yang tengah mempelajari, meneliti, dan mengusung konsep lagu-lagu daerah/etnik, (warna musik batanghari sembilan) dengan tetap mengandalkan kekuatan sound khas petikan gitar tunggal adalah Orkes Rejung Pesirah yang terbentuk pada awal tahun 2008 lalu. 

Mungkin, grade kita mencoba apresiatif dululah terhadap kesenian ini tanpa meninggalkan kegemaran kita akan aliran musik tertentu, pop oke, dengan jazz kita tetap improvisasi, dengan rock kita buat dunia gaduh, dangdut apalagi, jangan sampai “senggol basah” lur, campursari monggo waelah, dengan house musicngajak nganar coy, dengan batanghari sembilan, lanjut mang. Yang jelas, pesan dan muatan petatah-petiti syair dalam batanghari sembilan mungkin bermanfaat bagi kita.

Di beberapa daerah di Indonesia, seni musik daerah sudah mampu untuk meningkatkan jati diri bangsa, bahkan juga menjadi salah satu hal ketertarikan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat di Bali misalnya, seni musik gamelan Bali bukan hanya diminati oleh para seniman gamelan Bali saja, generasi mudanya yaitu anak-anak SD, SMP, maupun SMA cukup banyak yang menempa dirinya berlatih memainkan alat musik gamelan tersebut. 

Di Sumsel, dapat dikatakan intensitas seni musik gitar tunggal tidak seintensif di Bali dan Jawa, namun tetap saja hal ini menunjukkan bahwa geliat upaya masyarakat untuk mempertahankannya tetap berlangsung. Asumsi selama ini, terkesan bahwa pemetik gitar tunggal hanya dari kalangan orang tua, ternyata ketika maping pemetik gitar tunggal amatir dalam Festival Gitar Tunggal yang diadakan tahun 2003 dan 2004 oleh kalangan pemusik muda di Kota Pagaralam, pesertanya sampai 65 orang? Dan mereka rata-rata dari kalangan muda. 

Walaupun fakta pemetik gitar tunggal tetap hadir dan mengalir seperti di Pagaralam, belumlah dapat dijadikan barometer ada perkembangan yang signifikan. Atau peminat seni ini hanya hidup dan diminati di dusun-dusun Sumsel? Pretensi bahwa pemetik gitar tunggal batanghari sembilan cuma dari kalangan tua dan mulai kehilangan penjaganya, perlu dipertanyakan lagi. Namun tetap perlu dilakukan upaya-upaya konkret dari semua pihak, bukan saja dari budayawan atau seniman musik Sumsel tersebut, bahkan dari masyarakat umum untuk memberikan kontribusi nyata agar budaya musik batanghari sembilan dapat dipertahankan keberadaannya, seperti menjadikan batanghari sembilan sebagai muatan lokal dalam pelajaran seni musik, atau yang lebih nyata lagi budayakan nanggap gitar tunggal tidak hanya dalam event perkawinan saja. Apa yang telah dilakukan oleh stasiun televisi lokal di Palembang, dengan menampilkan seniman gitar tunggal juga patut diacungi jempol. Jadi sungguh ironis, ketika pembukaan Visit Musi 2008 lalu yang wah, seniman batanghari sembilan tidak mewarnai sungai Musi miliknya. Dengan kata lain, yang melukis pelangi di sungai Musi adalah wong Jakarta. Bah! [*]

Lingkungan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan penting dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai Tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.

B. Permasalahan
Dalam makalah ini akan dicoba untuk membahas dan menjabarkan tentang :
1.      Pengertian lingkungan Pendidikan
2.      Jenis Lingkungan Pendidikan
3.      Fungsi Lingkungan Pendidikan


BAB II
PENGERTIAN, JENIS DAN FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menajdi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.

B. Jenis Lingkungan Pendidikan
a.      Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu :
1.      Lingkungan pendidikan keluarga
2.      Lingkungan pendidikan sekolah
3.      Lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut Tripusat Oleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda.



1.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a)      Pendidikan Prenatal (Pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagaimacam upacara adat selama anak masih ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara adat untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa dikenal juga berbagai macam sirikan (hal-hal yang harus dihindari) selama anak masih dalam kandungan. Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern. Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat. 

b)     Pendidikan Postnatal (Pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama . Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir kedunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup. Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.

2.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideologi dalam proses pendidikan disekolah.

3.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (Pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

b.      Hubungan Antara Lingkungan Pendidikan dengan Proses Pendidikan Manusia
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.      Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2.      Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3.      Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.



c.       Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan. Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan di jalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebgaia Tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.


B.     Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan.

Hipnosis

HIPNOSIS

      Hipnosis, sebuah metode klasik, yang kini digunakan beberapa terapis untuk mengobati kejiwaan pasiennya. Dari pengobatan kecanduan rokok, sampai yang mengalami trauma psikologi. Metodologi yang bagaikan pisau bermata dua, karena kerap memunculkan stigma negative akibat digunakan untuk kejahatan.
      Taukah anda, gelombang otak manusia mudah sekali dimanipulasi. Itulah yang di pakai beberapa media iklan untuk mempromosikan produknya, yang berdampak membuat orang ingin mencoba produk itu.
      Otak manusia memancarkan 4 frekuensi untuk setiap kondisi.
*     Gelombang Delta (0,1 – 4 Hz), dialami saat tidur nyenyak tanpa mimpi.
*     Gelombang Teta (4 – 8 Hz), saat meditasi atau tidur dengan mimpi.
*     Gelombang Alfa (8 – 12 Hz), kondisi kesadaran naik. Pikiran hanya bisa terpusat pada satu perhatian.
*     Gelombang Beta (lebih dari 12 Hz), memungkinkan ia mencurahkan pikiran ke banyak hal, meski dengan mata  terbuka. Pada kondisi inilah, kita bisa membaca sambil mendengar musik, bahkan sambil ngemil sekalipun.

Step-by-step Telapi Pagi
      Terapi Hipnosis dengan audio (tahap pre-induction)
Langkah 1: Inti dari step pertama ini sebetulnya untuk membrainwash dengan memasukkan stimulus dalam alam bawah sadar anda melalui audio, kemudian akan diterima saraf sensorik khususnya pendengar ke pikiran anda sehingga nanti bisa ditranslasikan jadi perintah motoric dari pikiran untuk dilakukan pada diri anda.
      Caranya dengan memutar audio motivasi misalnya dari Mario Teguh, Andrie Wongso, I Gede Brahma, atau yang lainnya sebelum anda tidur. Ingat sebelum anda tidur. Biarkan Hp/tape/mp3 player anda memutar audio itu meskipun anda telah terlelap. Fase ini dilakukan disaat gelombang otak di fase 0,1 – 8 hz.

      Terapi Hipnosis dengan sugesti (tahap induction)
Langkah 2: Lakukan hypnosis saat relaks. Caranya:
Belajarlah bermeditasi, manfaatkan ini tepat setelah anda bangun. Dalam suasana hening akan lebih baik. Caranya, duduklah diam besila, pejamkan mata anda. Kendalikan setiap hembusan nafas anda. Ingat, bernafaslah dengan hidung. Perlahan temukan ritme nafas anda, lama-lama pasti bisa. Ingat juga, berkonsentrasilah pada setiap tarikan nafas anda, focuskan fikiran anda pada hal itu.
      Pada dasarnya, dasar hypnosis ini adalah suatu seni berkonsentrasi  yang mengarah pikiran kita menuju suatu kondisi relaksasi sehingga gelombang otak subjek perlahan akan turun dan mulai memasuki wilayah gelombang alfa. Setelah itu, ia akan relaks secara mental namun perhatiannya menjadi lebih sempit dan lebih focus sehingga hanya tertuju pada satu stimulus tertentu saja.



Langkah 3: hipnosis tidak akan berhasil bila kondisi negative. Maka tahap pre-induntion tadi selain membrainwash otak anda juga membebaskan pikiran negatif anda. Setelah itu, berikan sugesti hypnosis anda. Umumnya, setelah dua langkah otak sudah mampu mentranslasikan perintah baru buat diproses. Makanya akan lebih baik bila sudah tahap induksi ini, dimasukan dotrin baru, perintah hipnosis buat diri anda.
      Sekali lagi, hypnosis tidak akan berhasil bila ada kondisi negatif dalam hipnosisnya. Artinya dengan kata lain, sugesti tidak boleh menggunakan kata “tidak”. Umpama, ketimbang berkata, “saya tidak boleh mencintainya”, lebih baik “saya harus melupakannya”. Hypnosis yang menggunakan kritikan dan banyak menyalahkan tidak akan sukses. Sebab, secara bawah sadar perilaku negatif tidak akan berubah jika masukan yang diberikan negatif.

Langkah 4: Rajinlah untuk sarapan pagi. Setelah memperbaiki sisi kejiwaaan, akhirnya sisi hipnosis anda dengan memperkuat jasmani anda.
Lakukan trik ini sekaligus, tiap hari, ingat tiap hari berturut-turut. Kemudian perhatikan perubahan yang terjadi dalam diri anda.

Rabu, 11 April 2012

Mantra, Pantun, dan Tambo Minang Kabau

A.    MANTRA

1.      Pengertian Mantra
            Mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra Minangkabau dan dalam bahasa daerah lainnya. Puisi ini diciptakan untuk mendapatkan kekuatan ghaib dan sakti. Dengan demikian, dalam mantra tercermin kepercayaan masyarakat yang menggunakan mantra tersebut, yaitu kepercayaan animisme dan dinamisme.
2.      Fungsi dan kegunaan Mantra zaman dahulu dan zaman sekarang
a.       Fungsi dan kegunaan Mantra zaman dahulu
Pada zaman dahulu masyarakat percaya bahwa setiap benda mempunyai Roh, seperti gunung, pohon besargua, dan lembah yang dalam. Disamping itu masyarakat zaman dahulu percaya bahwa benda-benda tertentu kekuatan magis, kekuatan luar biasa yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan pembaca mantra. Mantra biasanya digunankan dalam berbagai kesempatan namun diantaranya pada waktu panen supaya panen melimpah, pada waktu berburu supaya buruan banyak hasilnya. Pada waktu mengobati supaya menyembuhkan orang sakit, pada waktu menyemaikan benih supaya tanaman subur, pada waktu orang ingin berbuat jahat untuk mencelakakan orang.
b.      Fungsi dan kegunaan Mantra zaman sekarang.
Dengan zaman yang semakin canggih dan serba IPTEK seperti saat sekarang ini mantra jarang digunakan masyarakat Minangkabau khususnya masyarakat golongan muda, karena merasa tidak modern dan tidak logis tetapi masih ada masyarakat golongan tua yang menggunakan mantra dalam kehidupan sehari-hari yang didapat/diturunkan oleh leluhur mereka.

Medan (1975) dalam esainya yang berjudul “Mantra dalam Kesusastraan MinangKabau”, menjelaskan bahwa mantra masih digunakan oleh dukun dan pawang dalam masyarakat Minangkabau, diantaranya pada waktu memasang tiang utama pembangunan rumah, pada waktu mengobati orang sakit, pada waktu menangkap harimau, menangkap ikan dilaut, menahan hujan bila ada kenduri. Pada waktu menyemai benih, atau pada waktu memulai menanam padi disawah.

Artinya dizaman yang modern seperti saat ini masih ada masyarakat yang membaca mantra, walaupun tidak sepopuler pada zaman dahulu. Seharusnya masyarakat golongan muda tetap mengetahui mantra-mantra peninggalan leluhur agar tidak punah/hilang saat zaman yang lebih modern lagi nantinya.

Contoh Mantra :
1.      Mantra Menuai Padi
Hai si lansari – baginda sari
Si lansari – sari bagadun
Angkau banamo – banyak namo
Si lansari – ka aku tuai
Urang Kinari – pai barameh
Urang Singkarank – pai mandulang
Si lansari aku – jaanlah cameh
Ka ku tuai – ku bao pulang
Hai si lansari – bagindo sari
Molah kito – pulang ka rumah
Sarato jo rajo – rajo angkau

Panggia-mamanggia – molah angkau
Kabik-mengkabiak – molah angkau
Dari Siuak – dari siatang
Dari Agam – dari Batipuah
Dari kasiak – sumaniak
Taluak ranah – rang sungai pagu
Rang nak padi – tak baampo
Rang nak ameh – tak batintiang

Hai si lansari – bagindo sari
Lolah kito – pulang ka rumah
Sarato jo raja – rajo angkau
Nan babaku – hadun tamadun
Bakain kambang – ka marindu
Biliak dalam – alah mananti
Kalambu tirai - alah mananti
Siupiak itam – alah mananti
Bujang kinangan – alah mananti
Hu hu huuu – si lansari aku

Maknanya : Petani yang telah tiba waktu panen membaca mantra ini berharap padi hasil panen mereka yaitu padi yang akan dibawa pulang mendapat berkah.

2.      Mantra Menyemaikan Benih
Allahumma salli ‘ala – muhammad
Daulu alun – banamo padi
Banamo – nur allah
Urang di sabuang – bidodari
Camin tasari – namo batangnyo
Induang barek – namo daunnyo
Ganto sarugo – namo bungonyo
Mako batambun-tanbun – tambunlah urek
Camarelang – di dado adam
Langsuang dijawek – jibirain
Pancaran insan – bagindo insan
Insan banamo – akia saman
Dalam gurijah – waliullah
Salalluhu alaihi wa sallam

Maknanya : Petani yang akan menanam benih padi membaca mantra ini berharap tanaman yang ia tebarkan menjadi subur dan mendapat hasil yang melimpah dengan izin allah.

B.     PANTUN

1.      Pantun dewasa
Asam kondih asam golugua
Katigo asam siriang-riang
Manogih maik dalam kubua
Takana badan ndak sumbahyang

Maknanya : merugi bagi orang islam yang tidak sembahyang dikala ia masih hidup, dan didalam kubur kelak ia sangatlah merugi.

Di mano pamatang sawah
Lumba-lumba dapek tapanciang
Di mano tampeknyo allah
Di dada kito masiang-masiang

Maknanya : jika orang menanyakan tempat allah dimana ? tempat allah adalah dalam keyakinan/keimanan manusia itu sendiri.

2.      Pantun Anak – anak
Tolong serumpun jo marapalam
Hanyuik sabatang ka muaro
Tulang dilua dagiang didalam
Cubolah takak jo sudaro

Maknanya : pantun ini berisi teka – teki yang menyuruh menebak tulang diluar daging didalam.

Anak ikan dalam kualo
Umpan talatak ateh batu
Ado batangan bakaki tido
Cubolah takak apokah itu

Maknanya : pantun ini berisi teka – teki yang menyuruh menebak ada bertangan kaki tiada.

3.      Pantun Jenaka
Antah madang antah tapai
Bapuluik-puluik kuahnyo
Entah lamang entah tapai
Jangguik lah kutuik dek kuahnyo

Maknanya : tidak tau lemang/tapai banyak kuahnya janggut sudah berlepotan terkena kuahnya.

Anak rang dikampuang baruah
Nak lalu ka aia angek
Mandanga durian jatuah
Malonjak – lonjak lamang angek

Maknanya : anak orang dikampung baru mau pergi ke air hangat mendengar durian jatuh bergelora lemang hangat ingin menyantap.

4.      Pantun Sindiran
Dek ribuik basah ilalang
Di paya padi satangkai
Iduik usah mangapalang
Kok tak kayo barani pakai

Maknanya : hidup didunia ini tidak usah dipaksakan lebihbaik mensyukuri apa yang kita miliki.

Urang solok nak disalonyo
Rami galanggang nak rang magek
Rang kayo nak dikayonyo
Nan mikin ansua bakulambek

Maknanya : orang kaya itu bertindaksesuka hatinya saja karena dia mengandalkan kekayaannya saja.



5.      Pantun Percintaan
Disabun anak urang cino
Mahampeh pacah ka tapian
Bialah makan dibagi duo
Asa kan adiak jaan bajalan

Maknanya : walaupun saya susah tapi asalkan adik jangan berjalan. Biarlah saya antar.

Maampeh pacah ka tapian
Tapian tampek urang mandi
Kalau adiak pai bajalan
Denai pasti baibo hati

Maknanya : jikalau adik pergi jalan kaki pasti saya bersedih hati, maksudnya biar saya yang mengantar adik pergi.

C.    TAMBO

Contoh Tambo :

Basa Empat Balai
            Raja alam di pagaruyung selaku kepala pemerintahan dibantu oleh suatu lembaga yang dinamakan Basa Empat Balai (Pembesar Empat Balai). Keempat pembesar yang membantu raja itu adalah seperti berikut : (1) Bandaro di Sungai Tarab, pembesar pemerintahan yang berkedudukan di Nagari Sungai Tarab. Ia dijuluki sebagai Pamuncak Koto Pilian. (2) Andomo si Saruaso, pembesar perbendaharaan. Ia dijuluki sebagai Puro Pannah Koto Piliang (Pura Penuh Koto Piliang) yang berkedudukan di Nagari Saruaso. (3) Mangkudum di Sumanik, pembesar keamanan yang berkedudukan di Nagari Sumanik. Ia dijuluki Aluang Bunian Koto Piliang (Alung Bunian Koto Piliang). (4) Tuan Kadi di Padang Genting,  pembesar keagamaan yang berkedudukan di Nagari Padang Gantiang. Ia dijuluki dengan Suliah Bendang Koto Piliang (Suluh Benderang Koto Piliang).
            Sebagai pejabat tertinggi, bandaro di sungai Tarab dibantu enam orang gadang (enam orang besar). Bersama – sama mereka dinamakan Gadang Batujuah (Besar yang Bertujuh). Ketujuhnya ialah (1) Pamuncak Koto Piliang yang berkedudukan di Sungai Tarab yang bertugas sebagai pimpinan. (2) Panlamanan Koto Piliang, yang berkedudukan di Simawang/Bukit Kandung yang bertugas sebagai pendamai nagari-nagari yang bersengketa. (3) Parak Kangkung Koto Piliang, dengan kedudukan di Nagari Batipuh. Tugasnya ialah Pengawas keamanan dalam negeri. (4) Camin Taruih Koto Piliang (Cermin Terus Koto Piliang), yang berkedudukan di Nagari Cameti Senangbakar koto Piliang, bertugas sebagai Badan Penyelidik. Ialah sebagai Panglima Perang. (5) Harimau Campo Koto Piliang (Harimau Campa Koto Piliang) dengan kedudukan di Nagari Batipuh. Tugasnya (6) Cumati Koto Piliang, (Cemati Koto Piliang) dengan kedudukan di Nagari Sulit Air, bertugas sebagai pelaksana hukum. (7) Gajah Tungga Koto Piliang (Gajah Tunggal Koto Piliang) dengan kedudukan di Nagari Silungkang. Bertugas sebagai Kurir.
            Wilayah diluar luhak yang dipimpin penghulu pada nagari yang berstrata otonomi dinamakan wilayah Rantau. Statusnya langsung dibawah raja. Dalam mamang diungkapkan dengan Luhak Bapanghulu Rantau Barajo (Luhak Berpenghulu Rantau Beraja), kepala pemerintahan diwilayah rantau adalah orang yang diangkat raja. Yang pada umumnya adalah anggota kerabatnya sendiri. Baik karena hubungan darah maupun karena hubungan perkawinan, panggilan atau kepala pemirintahan itu tidak seragam. Tampaknya disesuaikan dengan panggilan setempat yang telah ada sebelumnya.